Krisis Kehidupan 1/4
Kata orang kalau kita sudah menginjak pertengahan umur 20an kita akan mengalami suatu krisis. Masa yang paling melelahkan dalam hidup. Dimana hari-hari terasa tidak jelas, berdiri diatas ketidakpastian. Mau mundur tapi sudah terlanjur maju, tapi maju juga bingung ini bener ga jalan yang diambil? Mereka sebut ini Quarter Life Crisis.
Ga kerasa umur tuh udah nginjak umur-umur yang lagi lucu-lucunya. Aku kira aku bisa melewati itu semua dengan santai, mengingat aku merasa kalau diri ini cukup tenang dan santui. Tapi ternyata ga juga. Akhir-akhir ini aku malah jadi orang yang emosional, mikir hal-hal yang ga perlu aku pikirkan, merasa kalau semua itu adalah tanggung jawab ku. Pada akhirnya jadi terlalu banyak hal-hal yang dipikirkan, menumpuk, dan semuanya tiba-tiba terasa hambar. Seolah-olah aku kehilangan/lupa rasa bersenang-senang. Semua hal aku jalani bukan karna aku ingin tapi jadi atas dasar "Karna saya bangun hari ini, saya akan lakukan rutinitas yang biasanya saya lakukan". Iya, hidup ini jadi seperti rutinitas yang harus dilakukan. Kalau tidak dilakukan rasanya akan ada suatu masalah besar yang akan datang dikemudian hari.
Aku gatau apa yang terjadi, sampai akhirnya ada waktu dimana aku 1-on-1 dengan managerku (Kami memang selalu 1-on-1 setiap quarter), disini aku juga update terkait apa yang aku rasakan pada quarter ini. Managerku ngasih banyak hal dan saran terkait bagaimana aku bisa "keluar" dari rasa itu. Setelah ngobrol lumayan panjang aku aware akan sesuatu
Aku kehilangan rasa senang melakukan ini semua, aku kehilangan rasa. Rasanya hilang.
Aku rasa itu wajar dan itu akan dirasakan setiap manusia didunia ini tanpa terkecuali. Tapi kenapa? kenapa ini bisa terjadi? Apakah ini ngaruh banget ya sampe aku merasa gini?
Lalu managerku menyarankan aku untuk merenung pas paskah.
Sebenernya aku tidak begitu meniatkan hati untuk merenung saat paskah, tapi sepertinya ini jalan Tuhan untuk membantu aku keluar dari kotak hitam yang sudah aku tinggali beberapa bulan ini. Aku dapat jawaban melalui homili malam paskah. Jawabanya seperti ini
"Kita harus kembali dan mengingat ke masa-masa cinta pertama kita"
Kalau dihomili tersebut digambarkan dengan peristiwa dimana Yesus pertama kali bertemu dengan murid-muridnya dan mereka jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Yesus dan akhirnya memutuskan untuk meninggalkan kehidupan yang mereka jalani untuk mengikuti jalan Yesus.
Aku rasa ini jawaban atas pertayaan dan sepotong peristiwa yang sedang aku alami. Pertayaan besarnya adalah Kenapa akukehilangan rasa senang ini? Karna aku bosan? Jawbaannya adalah ternyata Aku lupa rasanya saat aku benar-benar menginginkan pekerjaan ini, betapa kerja keras dan nekatnya diri ini sampai akhirnya mendapatkan posisi ini.
Aku pernah baca orang nulis "Kita harus ingat rasa dimana kita bekerja keras danberharap untuk mendapatkan sesuatu". Dulu aku hanya baca ini seperti angin lalu saja, tapi setelah ku ingat lagi kalimat ini sangat memiliki arti yang besar. Aku rasa ini mirip seperti itu.
Aku rasa akuperlu kembali mengingat masa-masa aku bingung mau magang dimana karna kurangnya pengalaman (btw jaman aku nyari magang saja orang-orang udah nyari pemagang dengan 1 tahun pengalaman), terus akhirnya aku bertemu dengan orang-orang hebat yang aku sayangi banget hingga saat ini yang nerima aku padahal pas itu berbekal 3 bulan belajar doang (nekat bgt). Terus setiap hari magang aku jalani dengan suka cita karna aku sangat excited menjalani permagangan itu. Sampe akhirnya aku lulus kuliah, ditawarkan freelance, dan sekarang sudah jadi fulltime. Mungkin karna sudah lumayan panjang jalan yang aku lalui ini membuat aku lupa rasanya senang? Kayak anak kecil yang selalu senang pas nyoba sesuatu untuk pertama kali. Aku udah kehilangan rasanya itu.
Kata romo seperti ini
"Kalau kita merasa sebal dengan pasangan kita, kita perlu ingat masa-masa kita jatuh cinta untuk pertama kali dengan pasangan kita"
Aku rasa mirip seperti itu. Ada kalanya kita perlu ingat kembali masa-masa indah, masa-masa jatuh cinta pertama kali akan sesuatu, masa-masa dimana apa yang kita inginkan tercapai. Supaya kita ingat dengan hal-hal yang menyenangkan, tidak hanya hal-hal yang menyakitkannya saja.
Lagi pula apa yang kita alami sekarang hanyalah sepotong peristiwa saja dari apa yang akan terjadi nanti. Kalau hidup ini film, kita baru sampai sequence tengahnya aja belum sampai ending. Dan kalau film tidak sampai ending, ceritanya dan filmnya gaada artinya
Cheers
Komentar
Posting Komentar